KESEGARAN FILSAFAT ALY ABDEL MONEIM ABDEL WANIS
Aly Abdel Moneim Abdel Wanis
Prodi PBA S3 FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyelenggarakan Kuliah Dosen Tamu Seri Ke-2 pada Senin 1 November 2021. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Kuliah Dosen Tamu Seri Pertama yang diselenggarakan pada Senin 25 Oktober 2021 dengan narasumber Dr. Tamer Sa’ad Ibrahim Kheder, dosen Qanat Suez University untuk mata kuliah Dirāsāt `an Ma`ājim Ta`līm al Lugah al `Arabiyyah.
Falsafah al Tarbiyyah al Islāmiyyah atau Filsafat Pendidikan Islam adalah mata kuliah kedua dengan Dr. Aly Abdel Moneim Abdel Wanis, MA. sebagai narasumber. Sosok karismatik yang lahir di Negara Piramida dan kini menetap di Indonesia ini memiliki track keilmuan yang sangat gemilang. Dosen Pascasarjana Universitas UII yang satu ini juga menguasai banyak Bahasa, diantaranya Bahasa Arab sebagai bahasa ibu, bahasa Indonesia, bahasa Perancis, dan Bahasa Inggris.
Dalam kegiatan yang dilaksanakan secara virtual melalui zoom meeting tersebut, beliau menyampaikan bahwa manusia harus segera berbenah diri untuk kembali ke jalan yang benar dan memelihara sikapnya dalam menjaga keseimbangan. “Menuju Filsafat Qurani bagi Pendidikan dalam Rangka Merespon Tantangan Realitas Berupa Pembangunan Keberlanjutan dan Panggilan Tugas Pembaharuan” adalah tema dahsyat yang diangkatnya.
Untuk menguraikan tema yang cukup sulit untuk dicerna itu, beliau mencoba menjelaskannya dengan bahasa yang lebih mudah. Bahwasanya ada dua hal yang melingkupi manusia sepanjang masa, yaitu panggilan tugas dan keniscayaan tantangan realitas. Panggilan tugas kita sebagai manusia banyak sekali, baik itu tugas sebagai seoraang pemeluk agama, warga sebuah negara, dan juga dunia. Tajdiid atau pembaharuan adalah salah satu tugas maha penting yang diemban manusia. Nabi Muhammad telah lahir sebagai manusia istimewa yang membawa angin segar berupa pembaharuan di berbagai lini. Nabi Agung juga menjanjikan bahwa sosok pembaharu setelahnya akan lahir terus menerus dan tidak akan putus walaupun dalam kurun waktu kurang lebih seratus tahun.
Dalam rangka mewujudkan peran tersebut, manusia harus sesegera mungkin merubah cara berpikir dan bersikap. Jika tidak demikian, besar kemungkinan spesies manusia di bumi ini akan punah. Butuh rangkaian kata yang panjang dan cara berpikir yang mendalam, luas, dan sistematis untuk menguraikan tema di atas, karena itulah salah satu ciri berpikir filsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara radikal tidak seperti jurnalistik yang tampak berpikir lebih instan.
Masih dalam usaha memahamkan tentang tema yang diangkat, beliau menyampaikan salah satu isi dari Perjanjian Lama mengenai bangsa Babil yang berkumpul untuk membangun sebuah kota dengan mendirikan berbagai gedung pencakar langit dan lain sebagainya. Tetapi hal tersebut memicu kewaspadaan Tuhan dan membawaNya turun ke bumi bersama malaikat. Keadaan bumi menjadi porak poranda dan tujuan membangun kota tidak terealisasi.
Lebih jauh Aly Abdel Moneim menyampaikan bahwa manusia yang selalu melakukan interaksi sosial untuk membangun bersama dapat dianalogikan dengan bilangan pecahan yang ketika dijumlahkan harus disamakan penyebutnya terlebih dahulu. Manusia harus mempersamakan konseptual sebelum membangun sosial. Dapat dipastikan apapun yang coba dibangun tidak akan berkelanjutan ketika setiap orang mengeluarkan amunisi masing-masing dalam pikirannya. tanpa mempersatukan persepsi terlebih dahulu. Penyamaan itu sangat sulit untuk ditelan, tetapi lebih baik karena bisa berkesinambungan dan melahirkan rumus serta usaha yang baru.
Aly Abdel Moneim mencoba menjelaskan dan memposisikan filsafat sebagai metode ilmiah untuk memandang dan bersikap terhadap objek studi tertentu. Baginya, filsafat tidak bisa dipisahkan dengan ilmu, Filsafat dan ilmu bukan dua hal yang harus dibenturkan. Ya, filsafat dan ilmu telah melewati perjalan yang sangat panjang. Di awal kemunculannya, ilmu dianggap sebagai bagian dari filsafat, lalu masuk dalam fase pemisahan filsafat dan ilmu, lebih ekstrim lagi memasuki fase peperangan antar filsafat dan ilmu, kembali menjalin keharmonisan dengan menjalin dialog antara filsafat dan ilmu, dan sekarang adalah fasenya bersahabat kembali filsafat dan ilmu.